Jenis Cedera Olahraga part 1
Secara umum macam-macam cedera
yang mungkin terjadi adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot
dan tendo, perdarahan pada kulit, dan pingsan (Taylor, 1997: 63). Struktur
jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera olahraga adalah:
otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia
(Mirkin & Hoffman, 1984: 107).
1.
Memar
Memar adalah cedera yang
disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan
kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler
merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan
daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang
cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono
Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan
pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat.
Adapun memar yang mungkin terjadi
pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang
keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat
Menurut Agung Nugroho (1995: 53)
penanganan pada cedera memar adalah sebagai berikut:
1)
Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk
menghentikan pendarahan kapiler.
2)
Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan
mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak.
3)
Hindari benturan di daerah cedera pada saat
latihan maupun pertandingan berikutnya.
2.
Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Menurut Hardianto Wibowo (1995:
22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan ligamentum, yaitu :
1)
Sprain
Menurut Sadoso (1995: 11-14)
“sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi
pada berbagai cabang olahraga.” Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa
sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal
ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan
yang berulang-ulang dari sendi.
Berdasarkan berat ringannya
cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a.
Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum
dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan,
pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
b.
Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang
putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan
rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya
tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
c.
Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua
ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat
darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan
terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.
2)
Strain
Menurut Giam & Teh (1992: 93) “strain adalah kerusakan
pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun
stress yang berlebihan.” Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso, 1995: 15),
strain dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a.
Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi
belum sampai terjadi robekan pada jaringan muscula tendineus.
b.
Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo
tendineus. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan
berkurang.
c.
Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi
robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan
tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan.
Menurut Depdiknas (1999: 632)
“otot merupakan urat yang keras atau jaringan kenyal dalam tubuh yang fungsinya
untuk menggerakkan organ tubuh”. Pengertian tendo menurut Hardianto Wibowo
(1995: 5) adalah jaringan ikat yang paling kuat (ulet) berwarna keputih-putihan,
bentuknya bulat seperti tali yang memanjang. Adapun strain dan sprain yang
mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang,
bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Menurut Hardianto Wibowo (1995:
16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan
diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya:
·
R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang
cedera.
·
I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit.
·
C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang
cedera dengan bahan yang elastis, balut tekan diberikan apabila terjadi
pendarahan atau pembengkakan.
·
E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada
bagian yang cedera.
Perawatan yang dapat dilakukan
oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26)
adalah sebagai berikut:
a.
Sprain/strain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/
pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena akan
sembuh dengan sendirinya.
b.
Sprain/strain tingkat dua (Second degree).
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE.
Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang
diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut
tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
c.
Sprain/strain tingkat tiga (Third degree).
Kita tetap melakukan metode RICE,
sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung
kembali.
3)
Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya
sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada
olahragawan adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset
dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono
Mohammad, 2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibanya, sendi itu akan mudah
mengalami dislokasi kembali.
Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah
melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada
sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit
bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur.
4)
Patah Tulang
Patah tulang adalah suatu keadaan
yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang
rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:
1.
Patah tulang komplek, dimana tulang terputus
sama sakali.
2.
Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi
tidak terpisah.
Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang dapat dibedakan
sebagai berikut:
1.
Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan)
tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
2.
Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan)
tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan patah tulang yang
dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut: olahragawan tidak
boleh melanjutkan pertandingan, pertolongan pertama dilakukan reposisi oleh
dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada
waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi, kemudian
dipasang spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta
menghentikan perdarahan.
day 23
4/
5
Oleh
mzulkarnainr.blogspot.com