Definisi Penyakit Emfisema
Emfisema adalah
suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal
saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding
alveolus atau perubahan anatomis
parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris dan
destruksi dinding alveolar.
Patofisiologi Emfisema
Penyempitan
saluran nafas terjadi pada emfisema paru. Yaitu penyempitan saluran nafas ini
disebabkan elastisitas paru yang berkurang. Penyebab dari elastisitas yang
berkurang yaitu defiensi Alfa 1-anti tripsin. Dimana AAT merupakan suatu
protein yang menetralkan enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada
peradangan dan merusak jaringan paru. Dengan demikian AAT dapat melindungi paru
dari kerusakan jaringan pada enzim proteolitik. Didalam paru terdapat
keseimbangan paru antara enzim proteolitik elastase dan anti elastase supaya
tidak terjadi kerusakan.
Perubahan keseimbangan menimbulkan kerusakan jaringan elastic paru.
Arsitektur paru akan berubah dan timbul emfisema.Sumber anti elastase yang
penting adalah pankreas. Asap rokok, polusi, dan infeksi ini menyebabkan
elastase bertambah banyak. Sedang aktifitas system anti elastase menurun yaitu
system alfa- 1 protease inhibator terutama enzim alfa -1 anti tripsin (alfa -1
globulin). Akibatnya tidak ada lagi keseimbangan antara elastase dan anti
elastase dan akan terjadi kerusakan jaringan elastin paru dan menimbulkan
emfisema. Sedangkan pada paru-paru normal terjadi keseimbangan antara tekanan
yang menarik jaringan paru keluar yaitu yang disebabkan tekanan intra pleural
dan otot-otot dinding dada dengan tekanan yang menarik jaringan paru kedalam
yaitu elastisitas paru .
Pada
orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan
paru akan berkurang sehingga saluran nafas bagian bawah paru akan tertutup.
Pada pasien emfisema saluran nafas tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak
yang tertutup. Cepatnya saluran nafas menutup serta dinding alveoli yang rusak,
akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. Tergantung pada
kerusakannya dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/tidak ada akan
tetapi perfusi baik sehingga penyebaran udara pernafasan maupun aliran darah ke
alveoli tidak sama dan merata. Sehingga timbul hipoksia dan sesak nafas.
Patologi gejala Emfisema / Manifestasi Klinis Empisema
Pada awal penyakit emfisema tidak
memberi gejala sampai 1/3 parenkim paru tidak mampu berfungsi. Pada penyakit
selanjutnya, pada awalnya ditandai oleh sesak napas. Gejala lain adalah batuk,
whezeeng, berat badan menurun. Tanda klasik dari emfisema adalah dada seperti
tong ( barrel chested) dan ditandai dengan sesak napas disertai ekspirasi
memanjang karena terjadi pelebaran
rongga alveoli lebih banyak dan kapasitas difus gas rendah.
Komplikasi Emfisema
a.Sering mengalami
infeksi ulang pada saluran pernapasan
b.Daya tahan tubuh
kurang sempurna
c.Proses peradangan
yang kronis di saluran napas
d.Tingkat kerusakan
paru makin parah
Etiologi Emfisema
Rokok
Rokok adalah penyebab utama
timbulnya bronkitits kronik dan emfisema paru. Secara patologis rokok
berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan metaplasia epitel
skuamus saluran pernapasan.
Faktor Genetik
Factor genetic mempunyai peran
pada penyakit emfisema. Factor genetic diataranya adalah atopi yang ditandai
dengan adanya eosinifilia atau peningkatan kadar imonoglobulin E (IgE) serum,
adanya hiper responsive bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga,
dan defisiensi protein alfa – 1 anti tripsin.
Hipotesis Elastase-Anti Elastase
Didalam paru terdapat
keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan anti elastase supaya tidak
terjadi kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan menimbulkan jaringan elastik
paru rusak. Arsitektur paru akan berubah dan timbul emfisema.
Infeksi
Infeksi menyebabkan kerusakan
paru lebih hebat sehingga gejalanya lebih berat. Infeksi pernapasan bagian atas
pasien bronchitis kronik selalu menyebabkan infeksiparu bagian dalam, serta
menyebabkan kerusakan paru bertambah. Bakteri yang di isolasi paling banyak
adalah haemophilus influenzae dan streptococcus pneumoniae.
Polusi
Sebagai factor penyebab penyakit,
polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila ditambah merokok resiko akan
lebih tinggi
Prevalensi pada emfisema
Dari
angka mortalitas, WHO memperkirakan pada tahun 2020 pasien PPOK termasuk
emfisema akan meningkat dan menjadi terbesar dan menyebabkan 8,4 juta jiwa
kematian setiap tahun. Di Indonesia emfisema paru menjadi penyakit utama yang
disebabkan oleh rokok dan mencapai 70 % kematian karena rokok. Data WHO
menunjukan di dunia pada tahun 1990, PPOK termasuk empfisema menempati urutan
ke 6 sebagai penyebab utama kematian penyakit tidak menular.
Faktor risiko
Tunggal terbesar faktor risiko
emphysema adalah merokok. Emfisema adalah paling mungkin untuk mengembangkan
pada perokok rokok, tapi cerutu dan pipa perokok juga rentan, dan resiko untuk
semua jenis meningkat perokok dengan jumlah tahun dan jumlah tembakau merokok.
Pria lebih sering terkena daripada wanita, tetapi statistik ini berubah karena
perempuan lebih banyak mengambil merokok. Kedua tangan asap juga dapat
menyebabkan emphysema dan penyakit paru-paru.
Penatalaksanaan Fisioterapi
Tujuan dari fisioterapi adalah :
• Membantu
mengeluarkan sputum dan meningkatkan efisiensi batuk.
• Mengatasi
gangguan pernapasan pasien.
• Memperbaiki
gangguan pengembangan thoraks.
• Meningkatkan
kekuatan otot-otot pernapasan.
• Mengurangi
spasme otot leher.
Penerapan fisioterapi :
Postural Drainase
Salah satu tehnik membersihkan
jalan napas akibat akumulasi sekresi dengan cara penderita diatur dalam
berbagai posisi untuk mengeluarkan sputum dengan bantuan gaya gravitasi. Tujuannya
untuk mengeluarkan sputum yang terkumpul dalam lobus paru, mengatasi gangguan
pernapasan dan meningkatkan efisiensi mekanisme batuk .
Breathing Exercises
Dimulai dengan menarik napas
melalui hidung dengan mulut tertutup kemudian menghembuskan napas melalui
bibir. Posisi yang dapat digunakan adalah tidur terlentang dengan kedua lutut
menekuk atau kaki ditinggikan, duduk di kursi atau di tempat tidur dan berdiri.
Tujuannya untuk memperbaiki
ventilasi alveoli, menurunkan pekerjaan pernapasan, meningkatkan efisiensi
batuk, mengatur kecepatan pernapasan, mendapatkan relaksasi otot-otot dada dan
bahu dalam sikap normal dan memelihara pergerakan dada.
Latihan Batuk
Merupakan cara yang paling
efektif untuk membersihkan laring, trakea, bronkioli dari sekret dan benda
asing.
Latihan Relaksasi
Secara individual penderita
sering tampak cemas, takut karena sesat napas dan kemungkinan mati lemas. Dalam
keadaan tersebut, maka latihan relaksasi merupakan usaha yang paling penting
dan sekaligus sebagai langkah pertolongan.
day 21
4/
5
Oleh
mzulkarnainr.blogspot.com