1)
Spondilolistetis
Sakit
kaki pada spondilolistetis bersifat nyeri radkular. Dalam hal ini suatu radiks
dorsalis terjepit oleh artikulus inferior yang tergeser kedepan. Oleh karena
spondilolistetis paling sering dijumpai pada tingkat L5-S1, maka nyeri
radikular yang terasa menjalar sepanjang nervus iskhiadikus dan daerah ujungnya
menuju ke kulit yang menutupi jari ke kaki ke-empat.
Spondilolistetis
tidak selalu menimbulkan gejala, namun pada usia lanjut dapat menyebabkan low
back pain. Tetapi juga dalam hal itu tidak semua orang pada foto rontgen
memperlihatkan kelainan tersebut yaitu mengeluh sakit pinggang.
Perubahan-perubahan sekunder sangat mungkin mendasari timbulnya gejala-gejala.
Ø Penyebab
a)
Disc degenerasi
b)
Facet arthrosis
c)
Kerusakan dari ligamen
d) Tidak efektif stabilisasi otot
e) Bertambahnya usia
f) Wanita
g) Kehamilan
h) Kelemahansendi
Ø Diagnosa
Anamesis
a) Sakit
pinggang yang dirasakan sebagai pegal difus dipinggang bagian bawah,
b) Rasa
tidak nyaman waktu gerakan dan akan mereda pada waktu istirahat.
Pemeriksaan fisik
a)
Lordosis lumbal yang berlebihan.
b)
Pada sikap berdiri kedua lutut tampak
sedikit berfleksi. (sikap kompensatorik yang mengurangi peregangan nervus
iskhiadikus).
c)
Pada palpasi prosesus spinosus daerah
lumbal bawah dapat diraba adanya suatu prosesus spinosus yang terbenam, dimana
terdapat suatu cekungan.
d)
Pada gerakan pinggang dapat timbul
iskialgia unilateral atau pun bilateral.
Pemeriksaan lanjutan
Pada
pemeriksaan lanjutan dilakukan Foto rongten tulang belakang lumbo-sakral
memperlihatkan spondilolistetis.
Ø Perawatan
Spondilolistetis
menimbulkan ischialgia yang sukar diatasi dengan analgetika serta istirahat,
maka pertolongan dokter ahli bedah saraf diperlukan. Sebelum dokter melakukan
tindakan operatif, mielografi biasanya dibuat terlebih dahulu. Hal ini penting
oleh karena belum pasti bahwa ischialgia itu disebabkan oleh spondilolistetis.
Terapi fisik:
a) Pelvic-hip muscle stability exc
b) Lumbar-abdominal strengthening exc.
c) Proper body mechanic
2)
Ischialgia
pada Tumor Intraspinal
Tumor
intraspinal yang sering dijumpai ialah hemangioma dan neurofibroma yang sering
ditemukan diantara T12 dan L4, sedangkan yang kedua paling sering ditemukan di kauda
ekwina.
Hemangioma
tidak menimbulkan gejala, tetapi neurofibroma dini atau laun pasti menimbulkan
gejala kompresi radiks dorsalis/ventralis.
Ø Diagnosa
Jika
penekanan terjadi pada tingkat L3-L4 nyeri radikular akan dirasakan dipinggang
bagian tengah yang menjalar kebagian samping daerah gluteal dan meluas sampai
ke pertengahan tibia melalui sisi lateral dari lutut.
Neurofibroma
dikauda ekwina dapat bertumbuh besar, tetapi tidak selalu membangkitkan gejala,
karena ruang teka masih cukup luas untuk memberikan tempat kepada neurofibroma
tanpa peregangan atau penekanan. Lain halnya neurofibroma tumbuh sepanjang
radiks dorsalis sampai keluar dari tulang belakang melalui foramen
intervetebralis, disitu saraf spinal akan terjepit dan oleh karena itu menimbulkan
nyeri radikular. Bila S3 yang terkena jeratan, maka nyeri dirasakan pada bagian
medial dari bokong didekat daerah perinium.
Ø Perawatan
Ischialgia
akibat tumor intraspinal sering tidak dapat didiagnosa. Nyeri radikular karena
neurofibroma pada radiks dorsalis S3 atau S4 hampir selamanya tidak dikenal.
Apabila nyeri radikular yang timbul sangat mengganggu, maka pada umumnya
penderita akan dirujukkan ke dokter ahli bedah saraf.
3)
Frakture
spinal lumbosacral
The American Academy of Orthopedic Surgeons situs
diskon frakt berdasarkan pola cedera dan dalam format yang lebih sederhana:
·
Pola fleksi berisi
fraktur kompresi, dan patah tulang aksial meledak.
·
Pola ekstensi,
yang berisi fleksi / gangguan (sering disebut fraktur kesempatan).
·
Pola rotasi berisi
proses melintang dan fraktur-dislokasi.
Sedangkan contoh yang tercantum di atas semua menyiratkan
trauma untuk patah tulang belakang, osteoporosis dan kondisi seperti osteogenesis imperfecta umumnya terlibat dalam patah tulang belakang juga.
Ø Penyebab:
Menurut
Brunner and Suddart (2002) penyebab fraktur adalah sebagai berikut:
a) Trauma
langsung merupakan utama yang sering menyebabkan fraktur. Fraktur tersebut
terjadi pada saat benturan dengan benda keras.
b) Putaran dengan
kekuatan yang berlebihan
(hiperfleksi) pada tulang
akan dapat mengakibatkan
dislokasi atau fraktur.
c) Kompresi
atau tekanan pada tulang belakang akibat jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu
lintas dan sebagainya.
d) Gangguan spinal
bawaan atau cacat
sejak kecil atau
kondisi patologis yang menimbulkan penyakit tulang atau
melemahnya tulang.
e) Postur Tubuh
(obesitas atau kegemukan)
dan “Body Mekanik”
yang salah seperti mengangkat benda berat.
Ø Diagnosa
:
a)
Pada daerah fraktur biasanya didapatkan
rasa sakit bila digerakkan dan adanya spasme otot paravertebra. Bila kepala
ditekan ke bawah terasa nyeri.
b)
Setelah
fraktur, bagian-bagian tak
dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara alamiah (gerakan
luar biasa). Pergeseran
fragmen pada fraktur
lengan atau tungkai menyebabkan deformitas
(terlihat maupun teraba)
ekstimitas yang bisa
diketahui adengan
membandingkan dengan ekstrimitas
normal. Ekstrimitas tak
dapat berfungsi denga baik
karena fungsi normal
otot tergantung pada
integritas tulag tempat melengketnya otot.
c)
Pada
fraktur panjang terjadi
pemendekan tulang karena
kontraksi otot yang
melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
d)
Saat diperiksa dengan tangan teraba derik
tulang yang disebut krepitus akibat gesekan antara fragmen
satu dengan lainnya
(uji kreptus dapat
berakibat kerusakan jaringan lunak yang lebih berat)
e)
Pembengkakan dan
perubahan warna lokal pada kulit
karena trauma dan perdarahan
yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelahb eberapa jam
atau hari. Tidak semua
tanda dan gejala
diatas terdapat pada
setiap fraktur. Diagnosis
fraktur tergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaaan sinar X.
Ø Perawatan
:
a) Mc. Kenzie extension exc
ü Penguatan
dan peregangan otot ekstensor dan fleksor sendi lumbosacralis.
ü Menekankan
peran aktif pasien.
ü Dapat
mengurangi nyeri yang disebabkan oleh spasme otot sehingga stuktur jaringan
spesifik mengalami pemendekan.
ü Teori
“bend finger syndrome” adanya kekuatan yang cukup untuk menimbulkan
stress/perubahan posisi mobile segment spasme dan hambatan gerak, dapat diatasi
apabila stress/perubahan posisi mobile segment dapat dihilangkan.
Gerakan Latihan :
Latihan
1
Posisi
pasien terlengkup, kepala menghadap salah satu sisi, pasien diminta untuk tarik
nafas dan rileks selama 4-5 menit.
Latihan
2
Posisi
telengkup, lipat siku, badan tertumpu pada siku, pandangan lurus ke depan, lalu
pertahankan posisi selama 2-5 menit.
Latihan
3
Posisi
terlengkup, posisi tangan seperti push up, lalu gerakan tekan matras pinggang
dan badan terangkat ke atas. Usahakan pelvis dan kedua lutut tetap menempel
pada lantai, pertahankan selama 5 detik dengan 10 x repetisi.
Latihan
4
Posisi
tengkurap, lipat kedua siku, badan
bertumpu pada kedua siku tersebut, pandangan lurus ke depan dengan kedua tungkai
lurus, angkat kepala ±450, pasien diminta menggerakkan satu tungkai, kemudian
secara bergantian.
Latihan
5
Posisi
berdiri tegak, kaki agak terbuka, kedua tangan pada pinggang, jari terbuka ke
belakang, lalu bungkukkan badan ke belakang sesuai kemampuan pasien.Pertahankan
posisi selama 5 detik.
b) Nucleus pulposus mobilization
c) Lumbar corset untuk actualitas tinggi
d) Proper body mechanic
day 37
4/
5
Oleh
mzulkarnainr.blogspot.com